Assalamualaikum
wr. wb. Para pembaca setia majalah nurul hidayah yang berbahagia,
alhamdulillah pada edisi kali ini kami dari tim redaksi mencoba
mengangkat sebuah profil dari seorang alim ulama non habaib. Berbeda
dengan profil-profil sebelumnya yang selalu menampilkan tokoh habib.
Dalam pembuatan artikel ini kamipun mengalami sedikit hambatan,
maklum kiranya karena kami basicnya dari berbagai macam anggota yang
mempunyai kesibukannya masing-masing. Sehingga untuk menyelaraskan
perbedaan tersebut dibutuhkan waktu yang tepat.
Di
edisi ke-25 ini kami mengangkat profil seorang kyai yang kharismatik.
Beliau bernama KH.Amirudin, yang bertempat tinggal di Desa Tegal
Kubur. Setiap bulan maulid Nabi tiba, kyai amir tidak pernah absen
menghadiri majelis maulid para habaib. Kata alhabib abdulhadi
baraqbah kyai amir ini wajahnya selalu terang memancarkan cahaya
(dikatakan dalam suatu majelisnya). Karena kyai amir sering
menghadiri majelis-majelis para habaib. Sehingga banyak habib yang
mengenal baik dengan beliau. Bahkan setiap harinya mungkin ada saja
tamu habib yang datang ke rumah beliau. Menurut kyai amir beliau
tidak mau dimasukkan dalam profil, karena beliau merasa kurang
pantas. Namun akhirnya beliau berhasil kami wawancarai. Tetapi memang
bukan sepenuhnya profil dari kyai amir, melainkan menceritakan sosok
sang ayah.
Kyai
amir adalah putra seorang kyai dan kakeknya pun kyai. Berarti bisa
dikatakan kyai amir lahir dari keluarga kyai/ulama. Nama kakek dari
kyai amir adalah kyai muksin yang wafat tahun 1956 (dua tahun setelah
kepulangan kyai umar muksin ke tegal kubur). Kyai muksin merupakan
menantu dari kyai abdul ghoni Danawari. Pertama kali di tegal kubur,
kyai muksin mengumpulkan para santri di masjid untuk mengaji bersama.
Memang awalnya yang ikut mengaji sedikit, tetapi seiiring berjalannya
waktu. Para santri berdatangan untuk mengaji, baik dari desa tegal
kubur sendiri maupun sekitarnya. Kyai muksin mempunyai anak yaitu
mufarhah, munipah, muniroh, mustanir, kyai abdul hamid, mbok zahro,
kh.ahmad, zubaedah, kyai umar muksin. Kyai umar muksin adalah anak
ke-2 dari kyai muksin, yang merupakan penerus dan pengganti dari kyai
muksin setelah beliau wafat. Sedangkan saudara kandung kyai umar yang
lain yaitu Almukarom Kyai Abdul Hamid memilih tinggal di Desa Pecabean, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal.
Ayah
dari kyai amir yaitu kyai umar muksin mendapatkan istri, seorang
putri kyai yang merupakan anak dari kyai mansur kalimati pengasuh
pondok pesantren al mansuriah desa kalimati pada waktu itu. Dan
merupakan ibu dari kyai amir sendiri. Kyai umar muksin sewaktu di
desa kalimati, beliau bertemu haji Husen yang tinggal di desa
gembong. Haji husen ini adalah seorang muhibbin ulama dan habaib.
Sehingga haji husen ingin mendirikan pondok pesantren di desanya.
Namun, karena kurangnya ulama di desa gembong. Hingga akhirnya, haji
husen meminta bantuan kyai umar muksin untuk tinggal di desa gembong.
Dan kyai umar muksin pun tinggal di desa gembong dengan mendirikan
pondok pesantren di desanya. Kyai umar muksin tinggal di desa gembong
selama sembilan tahun. Sampai kyai umar muksin dikaruniai tiga anak
selama beliau tinggal di sana, beliau bersama haji husen senantiasa
saling membantu dalam penyelenggaraan pondok pesantren tersebut. Pada
tahun 1954 kyai umar muksin diminta kembali ke desa tegal kubur
(tempat kelahirannya) oleh ayahandanya yaitu kyai muksin. Mungkin
kyai muksin mempunyai firasat bahwa usianya tidak lama lagi.
Tepat
dua tahun yaitu pada tahun 1956 setelah kepulangan kyai umar muksin
ke desa tegal kubur, kyai muksin pulang ke rahmatulloh. Kyai umar
muksin pun menjadi pengganti dan meneruskan dakwah perjuangan kyai
muksin. Dengan meneruskan mengajar mengaji di masjid beliau
mengamalkan birul walidaian kepada orang tuanya. Kyai umar muksin
yang lahir tahun 1919 di desa tegal kubur dan wafat tahun 1985.
Mempunyai banyak pengalaman spritual, mulai dari mondok di pondok
pesantren babakan selama 9(sembilan) tahun kemudian mondok di pondok
pesantren kempek selama 3(tiga) tahun yang diasuh oleh kyai harun.
Selama kurang lebih 12(dua belas) tahun mondok, kyai umar muksin
merasa ilmunya masih kurang dan ingin memantapkan ilmunya lagi. Dan
akhirnya selama beberapa bulan kyai umar muksin mondok di pondok
pesantren kaliwungu dan pondok pesantren tremas.
Kyai umar muksin
setelah melanglang buana untuk menimba ilmu di beberapa pondok
pesanten. Sampai akhirnya beliau harus meneruskan mengajar mengaji
setelah kyai muksin wafat. Kyai umar muksin mengajar mengaji dengan
penuh keikhlasan. Wujud nyata dari keikhlasan tersebut ditandai
dengan banyaknya yang hadir di masjid itu untuk mengaji bersama kyai
umar muksin. Dan para santri yang hadir berasal dari beberapa desa
baik dari desa tegal kubur sendiri maupun di luar desa tersebut
misalnya saja desa mobok kecamatan Bumi jawa, serang kecamatan Bojong
dan desa sekitar tegal kubur.
Dengan bertambahnya jumlah santri yang
ikut mengaji, menggugah hati kyai umar muksin untuk mendirikan pondok
pesantren di desanya. Kyai umar muksin pun akhirnya mendirikan sebuah
pondok pesantren di desa tegal kubur dengan nama Miftahul Mubtadiin
Al Umry yang berdiri pada tahun 1954. Perkembangan pondok pesantren
tersebut pesat dengan banyaknya santri yang mondok disana. Santrinya
dapat mencapai ratusan lebih, seiiring berjalannya waktu kyai umar
muksin dikaruniai beberapa anak lagi.
Anak-anak kyai umar muksin
diantaranya adalah mutamimah, muslihah, mohammad syafi, khotimah,
khoridah, mohammad marzuki, amirudin dan ahmad kholil. Sampai
sekarang anak-anak kyai umar muksin yang masih hidup tinggal empat
orang yaitu mutamimah, kyai amirudin, mohammad marzuki dan ahmad
kholil. Dan kyai amirudin lah yang meneruskan jejak sang ayah dan
kakeknya. Yaitu dengan mengasuh pondok pesantren yang didirikan oleh
ayahnya.
Kyai amirudin menceritakan pada saat kyai umar muksin wafat
yaitu pada selasa pahing sekitar jam 1 dini hari. Dan sekarang waktu
itu dijadikan kyai amirudin untuk bermunajah kepada Alloh jalajalaluh
bersama dengan para santrinya. Pada saat kyai umar muksin akan
dimasukkan ke dalam liang lahat. Kyai amirudin berdoa kepada Alloh
“semoga dengan wafatnya kyai umar muksin jangan sampai pondok
pesantren ikut terkubur bersamanya, melainkan tetap istiqomah ala
aqidah ahlussunnah wal jamaah”. Amin..
Dan
doa kyai amirudin alhamdulillah didengar oleh Alloh terbukti dengan
masih berdirinya pondok pesantren tersebut. semasa kyai umar muksin
masih hidup beliau gemar memberi kepada sesama, apalagi jika yang
datang kerumahnya adalah seorang habib (keturunan Nabi Muhammad SAW).
Bahkan, kata kyai amirudin ketika itu datang seorang habib kepada
kyai umar muksin. Dan kyai umar muksin memberikan sesuatu kepada
habib itu. Padahal pada waktu itu kyai umar membutuhkan sesuatu
tersebut untuk keperluannya. Kyai amirudin sering dipanggil oleh kyai
umar muksin pada saat di rumahnya kedatangan tamu habib. Apalagi yang
datang habib sepuh dan alim, kyai amirudin sering didoakan oleh para
habib yang berkunjung ke rumah kyai umar muksin. Sehingga sampai
sekarang hubungan antara kyai amirudin dengan para habib masih
terjalin baik.
Adapun
kegiatan yang ada di pondok pesantren miftahul mubtadiin al umry
adalah peringatan haul dan harlah pondok setiap tanggal 15 muharom,
imtihan tanggal 21 sya’ban, maulid Nabi Muhammad SAW setiap rabu
akhir di bulan robiul awal. Kemudian majelis ta’lim jum’at pagi
untuk wanita dan rabu pagi untuk laki-laki. Pada saat kyai umar
muksin pengajaran ditekankan pada nakhu sorofnya. Sekarang kyai
amirudin tetap menjaga aturan yang dibuat ayahnya dengan memperketat
pengajaran alqur’an ala mranggen (kyai muhibbin yang berguru kepada
kyai arwani).
Di pondok pesantren miftahul mubtadiin al umry terdapat
pendidikan yaitu madrasah ibtidaiyah salafiyah selama 6 tahun dan
madrasah tsanawiyah selama 3 tahun. Kyai amirudin sekarang dikaruniai
tujuh orang putra dan putri diantaranya bernama mukhlasoh,
muhazamatul fitroh (istri dari ustad Busro), mubayiudin, hasna fikria
ni’mah (istri dari kh. Tohawi pengasuh pondok pesantren al ikhsan
kabunan), ahmad misyaril ulum, umar faruk, dan hasna anqquliah
arifah.
Demikian
sedikit cerita dan profil dari kyai amirudin tegal kubur. Apabila ada
kata-kata atau penulisan yang salah dan kurang berkenan atau bahkan
dalam menuliskan cerita atau profil diatas terdapat kesalahan. Kami
dari tim redaksi majalah nurul hidayah mengucapkan mohon maaf yang
sebesar-besarnya kepada kyai amirudin dan terimakasih atas waktunya.
Sekian...