Devina Nisrina Adillah, Trengguli, Demak wisuda TKIT Azzahra

Devina (nomor dua dari kanan) saat prosesi wisuda TKIT Azzahra Demak


Add caption

Devina


Devina dengan bu muyas dan bu Ima

MAULIDURROSUL SIMTHUDDUROR DAN MUJAHADAH ROTIBUL KUBRO

RUTIN DIGELAR JAMIYYAH ROTIB KUBRO DEMAK DI DESA TRENGGULI, KECAMATAN WONOSALAM, DEMAK PADA JUMAT PON MALAM SABTU WAGE, BAKDA ISYA.
MAULIDURRASUL DIPIMPIN USTADZ DJARING SUBONDO (JEPARA), MUJAHADAH ROTIBUL KUBRO DIPIMPIN HABIB ALI BIN UMAR ALMUSAWA (SEMARANG), TAUSIYAH DIISI KETUA TAKMIR MASJID AGUNG DEMAK, ALMUKAROM KH MUHAMMAD ASYIQ.
Kegiatan berlangsung di rumahnya Hasan Hamid, Desa  Trengguli, Kecamatan Wonosalam, Demak








Pecabean, Pangkah, Tegal daerah yang nyaman dan kondusif


Muhammad Muktas MT dan H Sofan Hamid di rumah Desa Pecabean Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal. Desa yang dari dulu hingga sekarang nyaman, aman dan kondusif.

Dakwah Terbaik Dengan Hati

 

Qaala Rasulullah saw: Man Ra'a minkum munkaran falyughayyirhu biyadihi, faillam yastati' fabilisanih, faillam yastati' fabilqalbihi, wadzaalika ad'aful iman

Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa dari kamu melihat kemungkaran, maka cegahlah dgn tangan, jika tidak mampu cegahlah dgn kata-kata, jika tidak mampu (juga) maka cegahlah dgn hati, dan itulah selemah lemah iman.

Dalam tausiah yang disampaikan Habib Luthfi bin Ali bin Yahya, Jumat Kliwon (31/12/2013) dikatakan bahwa dakwah dengan tangan atau kekuasaan memiliki kecenderungan ditumpangi oleh nafsu emosi. Demikian pula dakwah dengan kata-kata. Nafsu sering mengiringi. Dakwah yang baik justru dengan hati (qalb). 
Posisi nafsu ini beriringan dengan iman, sehingga sering seseorang terjebak oleh nafsu. Iman itu bukan di tangan, bukan di mulut, tetapi di hati. Dakwah dengan tangan atau kekuasaan memang baik, tetapi harus hati-hati agar tidak ditumpangi nafsu. Bertindak tanpa melukai, bertindak yang tidak didasari emosi. Dengan demikian, dakwah yang dilakukan mengedepankan kesantunan. Islam yang rahmatan lil alamin.
Dakwah dengan tangan dan atau mulut sering tidak disadari bahwa yang dilakukan adalah nafsu, bukan karena iman.
Beliau menyontohkan ketika Sahabat Ali bin Abi Tholib r.a dalam sebuah peperangan. Dia berhasil menjatuhkan musuh. Sang musuh yang orang kafir tersebut berhasil meludai Sahabat Ali r.a. Mendapat sikap demikian, dia sempat bereaksi dengan mengankat pedang. Namun, dia mengurungkan niatnya untuk menyabetkan pedangnya.
Salah seorang sahabat yang melihat itu kemudian bertanya, "kenapa engkau tak jadi membunuhnya, padahal orang kafir itu meludahi Anda". Sahabat Ali r.a mengatakan, kalau saya membunuhnya karena dia meludaiku, berarti saya melakukan kesalahan. Sebab, membunuhnya bukan karena Allah Swt, melainkan karena nafsu emosi setelah diludai.
Pada hakekatnya, jihad besar adalah jihad melawan hawa nafsu yang ada pada diri sendiri. Perang dengan musuh nyata, dan mencari nafkah justru bagian dari jihad kecil.
Pengendalian nafsu ini kalau tidak dilatih akan berdampak kurang baik. Ibarat bayi yang semula menggemaskan, senyumnya bikin hati senang. Bayi ini tidak semakin kecil, tetapi semakin besar. Saat bayi kencing waktu digendong orang tuanya, bukan kesalahan. Tetapi kalau semakin besar, tentu tidak dibenarkan mengencingi orang tuanya. Kalau didiamkan tentu akan menyesatkan.
Cara memerangi nafsu, adalah dengan bertahap dan yang istiqamah. Beribadah jangan merasa dipaksakan. Lakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit tetapi istiqamah.
Seorang belajar menghafal Alquran dengan target satu bulan bisa berapa juz, maka yang muncul adalah dorongan nafsu. Kalau terdorong nafsu maka bacanya semrawut. Yang mendorong adalah nafsu, tetapi tidak disadari. Seharusnya bertahap, sedikit demi sedikit namun dijalankan secara istiqamah.
Amal shaleh yang kita lakukan akan menjadi benteng dari pengaruh nafsu syaitan. Bagaimana bisa membentengi,  harus dengan hati jernih, pikiran jernih, telinga jernih, dengan cara Lailaahailallah, Allahu Allahu.

KH ABDUL DJALIL MENINGGAL DUNIA



Innalillahi wainna ilaihi rojiun.
KH ABDUL DJALIL, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlotut Tholibien Kalikangkung, Pangkah, tegal yang juga tokoh ulama NU Tegal, kini telah tiada, menghadap keharibaan Allah SWT. Masyarakat Tegal, terutama warga NU merasa kehilangan tokoh ulama yang menguasai beberapa fan ilmu, dari ilmu Faraid, Falaq, Manteq, Ard dan ilmu-ilmu lain. Beliau wafat Senin (8/11/2010) pada pukul 04.00, di salah satu rumah sakit terdekat.

Pemakaman yang dilakukan hari  itu juga, pukul 15.00 dihadiri ribuan orang yang nampak memadati komplek pesantren Raudlotu Tolibin, desa Kalikangkung kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal, untuk memberikan penghormatan terakhir kepada sang pengasuh pondok pesantren dan tokoh ulama yang sangat disegani.

Nampak diantara para pelayat, ketua DPRD kabupaten Tegal, Rojikin AH, SH, wakil bupati, pejabat kecamatan, para alim ulama se kabupaten Tegal, para santri dan masyarakat sekitar yang nampak haru, mengiringi kepergian beliau, bahkan tak sedikit dari mereka yang meneteskan air mata.

Rais Syuriah PCNU kabupaten Tegal, KH Hambali Usman yang mewakili keluarga, menyatakan, Almarhum merupakan salah satu mustasyar NU dan beliau merupakan guru besar, serta orang alim yang menguasai beberapa ilmu, istilahnya kiai multi dimensi yang merupakan sumber rujukan dalam ilmu agama.

“ Kami berharap sepeninggalan beliau, keluarganya dapat mewarisi ilmunya serta banyak orang alim, baik dari santrinya atau yang lain dapat meneruskan perjuangan Almarhum memeberikan pelajaran ilmu  agama dan mencontoh kepribadian dan keteladannya yang begitu sederhana dan bersahaja dalam kehidupan walaupun sebenarnya beliau adalah orang yang kaya,” katanya.

Salah satu kerabat dekat almarhum, KH Gholib Mawardi, mengatakan, pada masa hidupnya, beliau yang lahir pada tanggal 3 Januari 1935, yang samapai dengan wafatnya berumur 75 tahun itu, marupakan kiai yang sangat mendalam dalam menguasai ilmu agama. Artinya beliau menguasai ilmu yang sangat komplek mulai dari ilmu Faroid, Mantiq, Balaghah, ilmu Falaq (astronomi) dan ilmu lain. Oleh karena itulah kepergian beliau sangat disedihkan banyak orang.

“Mautul Alim Mautul Alam, matinya seorang ulama adalah matinya alam, artinya Allah tidak akan mengambil ilmu di dunia ini kecuali dengan matinya seorang ulama. Maka jelas wafatnya KH Abdul Jalil yang merupakan seorang ulama sangat menyedihkan kita semua, karena dengan wafatnya, berarti kita kehilangan seorang figure dan sumber ilmu agama yang mendalam,” ungkapnya.

Sementara ketua DPRD kabupaten Tegal, Rojikin AH SH, kepada wartawan mengatakan, masyarakat kabupaten Tegal sangat merasakan kehilangan sosok ulama yang sangat menguasai ilmu agama dan banyak memberikan pelajaran moral kepada masyarakat kabupaten Tegal.

Dirinya berharap keluarganya bisa meneruskan jejak almarhum dalam memberikan pelajaran moral kepada masyarakat. “ Semoga segala amal baik almarhum bisa diterima Allah SWT, diampuni segala kesalahan dan yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran  dalam mengahadapi cobaan hidup”, pungkasnya. (fth)

Tayangan

Keluarga Hasan tahun 2008

Keluarga Hasan tahun 2008


Diberdayakan oleh Blogger.

Hasan Hamid

Sosok KH Abdul Hamid, Tegal