Home » » Dakwah Terbaik Dengan Hati

Dakwah Terbaik Dengan Hati

 

Qaala Rasulullah saw: Man Ra'a minkum munkaran falyughayyirhu biyadihi, faillam yastati' fabilisanih, faillam yastati' fabilqalbihi, wadzaalika ad'aful iman

Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa dari kamu melihat kemungkaran, maka cegahlah dgn tangan, jika tidak mampu cegahlah dgn kata-kata, jika tidak mampu (juga) maka cegahlah dgn hati, dan itulah selemah lemah iman.

Dalam tausiah yang disampaikan Habib Luthfi bin Ali bin Yahya, Jumat Kliwon (31/12/2013) dikatakan bahwa dakwah dengan tangan atau kekuasaan memiliki kecenderungan ditumpangi oleh nafsu emosi. Demikian pula dakwah dengan kata-kata. Nafsu sering mengiringi. Dakwah yang baik justru dengan hati (qalb). 
Posisi nafsu ini beriringan dengan iman, sehingga sering seseorang terjebak oleh nafsu. Iman itu bukan di tangan, bukan di mulut, tetapi di hati. Dakwah dengan tangan atau kekuasaan memang baik, tetapi harus hati-hati agar tidak ditumpangi nafsu. Bertindak tanpa melukai, bertindak yang tidak didasari emosi. Dengan demikian, dakwah yang dilakukan mengedepankan kesantunan. Islam yang rahmatan lil alamin.
Dakwah dengan tangan dan atau mulut sering tidak disadari bahwa yang dilakukan adalah nafsu, bukan karena iman.
Beliau menyontohkan ketika Sahabat Ali bin Abi Tholib r.a dalam sebuah peperangan. Dia berhasil menjatuhkan musuh. Sang musuh yang orang kafir tersebut berhasil meludai Sahabat Ali r.a. Mendapat sikap demikian, dia sempat bereaksi dengan mengankat pedang. Namun, dia mengurungkan niatnya untuk menyabetkan pedangnya.
Salah seorang sahabat yang melihat itu kemudian bertanya, "kenapa engkau tak jadi membunuhnya, padahal orang kafir itu meludahi Anda". Sahabat Ali r.a mengatakan, kalau saya membunuhnya karena dia meludaiku, berarti saya melakukan kesalahan. Sebab, membunuhnya bukan karena Allah Swt, melainkan karena nafsu emosi setelah diludai.
Pada hakekatnya, jihad besar adalah jihad melawan hawa nafsu yang ada pada diri sendiri. Perang dengan musuh nyata, dan mencari nafkah justru bagian dari jihad kecil.
Pengendalian nafsu ini kalau tidak dilatih akan berdampak kurang baik. Ibarat bayi yang semula menggemaskan, senyumnya bikin hati senang. Bayi ini tidak semakin kecil, tetapi semakin besar. Saat bayi kencing waktu digendong orang tuanya, bukan kesalahan. Tetapi kalau semakin besar, tentu tidak dibenarkan mengencingi orang tuanya. Kalau didiamkan tentu akan menyesatkan.
Cara memerangi nafsu, adalah dengan bertahap dan yang istiqamah. Beribadah jangan merasa dipaksakan. Lakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit tetapi istiqamah.
Seorang belajar menghafal Alquran dengan target satu bulan bisa berapa juz, maka yang muncul adalah dorongan nafsu. Kalau terdorong nafsu maka bacanya semrawut. Yang mendorong adalah nafsu, tetapi tidak disadari. Seharusnya bertahap, sedikit demi sedikit namun dijalankan secara istiqamah.
Amal shaleh yang kita lakukan akan menjadi benteng dari pengaruh nafsu syaitan. Bagaimana bisa membentengi,  harus dengan hati jernih, pikiran jernih, telinga jernih, dengan cara Lailaahailallah, Allahu Allahu.

0 komentar:

Posting Komentar

Tayangan

Keluarga Hasan tahun 2008

Keluarga Hasan tahun 2008


Diberdayakan oleh Blogger.

Hasan Hamid

Sosok KH Abdul Hamid, Tegal